Selasa, 04 Oktober 2016

4. Morfofonemik

MORFOFONEMIK
·  Abdul Chaer (2007:194) mengemukakan bahwa morfofonemik adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
·  Kridalaksana (2007:183) berpendapat bahwa morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi.
·  Ramlan (dalam Tarigan, 1995:27) mengemukakan bahwa morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem satu dengan morfem lain.
Jadi, morfofonemik atau morfonologi atau morfofonologi, adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
(http://blogfaticha.blogspot.co.id/2013/08/pengertian-morfofonemik.html)
A.    Jenis Perubahan
Ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan proses morfologi, yaitu :
1.      Pemunculan Fonem
Munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada.
Misalnya, pada proses prefiks me-
Me- + kata dasar baca muncul bunyi sengau [m] yang semula tidak ada menjadi membaca.
2.      Pelepasan Fonem
Hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi.
ber + renang          =          berenang.
3.      Peluluhan Fonem
Luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain.
 pe + sikat              =          penyikat.
4.      Perubahan Fonem
Berubahnya sebuah fonem sebagai akibat terjadinya proses morfologi.
 ber + ajar  =          belajar
5.      Pergeseran Fonem
Berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku ke suku lainnya.
Lompat + i               =       me.lom.pa.ti
(Chaer, 2008 :43-45)



B.     Morfofonemik Pembentukan Kata Bahasa Indonesia
Pembentukan kata Bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan komposisi hampir tidak ada. Dalam proses afiksasi hanya ada dalam prefiks ber-, me-, pe-, per-, konfiksasi per- an, dan sufiksasi –an.
1.      Prefiksasi ber-
a.       Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- terjadi apabila bentuk dasar mulai dengan fonem /r/, atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi [er].
Misalnya,
ber + kerja =          bekerja.
b.      Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar.
ber + ajar   =          belajar.
c.       Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada a dan b di atas.
ber + korban          =          berkorban.
2.      Prefiksasi me- (termasuk klofiks me- kan dan me- i)
a.       Pengekalan fonem,yakni tidak ada fonemyang berubah , tidak ada yang dilepaskan dan ditambahkan. Bentuk dasar diawali dengan konsonan /r, l, w, y, m, n, ng, dan ny/.
Me + rawat            =          merawat
b.      Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. Penambahan nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/.
me + fitnah            =          memfitnah.
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/.
me + dapat               =       mendapat.
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan kosonan /g, h, kh, a, l, u, e, dan o/.
c.       Peluluhan fonem, apabila prefiks pe- atau pe- an diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/.
me + potong          =          memotong
3.      Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe- an.
a.       Pengekalan fonem, /r, l, w, y, m, n, ng, dan ny/.
Pe+rawat   =          perawat
                  =          Perawatan
b.      Penambahan fonem, yaitu penanmbahan fonem masal /m, n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar.
Pe + baca   =          pembaca
                  =          Pembacaan
c.       Peluluhan fonem, apabila prefiks pe- diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan /s, k, p, t/.
Pe + kirim  =          pengirim
                  =          pengiriman
4.      Prefiksasi per- dan konfiksasi per- an.
a.       Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/, atau suku pertamanya /er/.
per + ringan           =          peringan.
per + kerja =         pekerja.
b.      Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa kata ajar.
per + ajar   =          pelajar.
c.       Pengekalan fonem /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang disebutkan pada a dan b di atas.
per + kecil   =        perkecil.
per + lambat          =          perlambat.
5.      Sufiksasi –an.
a.       Pemunculan fonem
1.      Pemuculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vocal /u/.
temu + an              =          temuwan.
Dalam sistem ejaan sekarang bunyi /w/ itu tidak dituliskan. Dalam literatur lain bunyi /w/ disebut bunyi pelancar (glider).
2.      Pemunculan fonem /y/ dapat terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /i/.
tari + an                 =          tarian.
Bunyi ini juga disebut bunyi pelancar.
3.      Pemunculan fonem glottal /?/ dapat terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran vokal /a/.
(ber) dua + an        =          (ber) dua?an.
b.      Pergeseran fonem
Apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. Konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufiks –an tersebut.
jawab + an =          jawaban.
6.      Prefiksasi ter-
a.       Pelapasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/.
ter + asa     =          terasa.
b.      Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar anjur.
ter + anjur  =          terlanjur.
c.       Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b di atas.
ter + dengar           =          terdengar.
ter + jauh   =          terjauh.
(Chaer, 2008 :46-55)
                                        
BENTUK NASAL dan TAK BERNASAL
Hadir atau tidaknya bunyi nasal berkaitan erat dengan :
a.       Kaitan dengan tipe verba
Dalam Bahasa Indonesia ada 4 macam tipe verba yang berkaitan dengan proses nasalisasi. Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- (dengan nomina pe- dan nomina pe- an) yang diturunkan adalah sebagai berikut.
Afiks
Nasal
Fonem awal bentuk dasar
me-
me-kan
me-i
1.      ¢
2.      M
3.      N
4.      Ny
5.      Ng

l, r, w,y, m, n, ny, ng
b, p, f
d, t
s, c, j
k, g, h, k
h, a, l, u, e, o

6.      nge
eka suku
Dari bagan dapat dilihat bahwa dalam proses pengimbuhan afiks me-, me-kan, me-i akan terjadi.
b.      Kaitan dengan upaya pembentukan istilah
Dalam peristilah olahraga sudah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju(yang diturunkan dari verba meninju) yang bukan profesi.
c.       Kaitan dengan upaya semantik
Untuk member makna tertentu bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal.
Misalnya, bentuk mengkaji dalam arti meneliti dibedakan dengan mengaji yang berarti membaca Al Qur’an.
      Sementara itu, tanpa perbedaan semantik pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk dasar dan dengan yang tanpa peluluhan lazim digunakan secara bersaingan.
Mensetir                menyetir
Mengkonsumsi      mengonsumsi
(Chaer, 2008 :56-62)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar