Selasa, 20 Desember 2016

8. KOVERSI, MODIFIKASI INTERNAL, SUPLESI



KONVERSI, MODIFIKASI INTERNAL, SUPLESI
1.      KONVERSI
Lazim disebut derivasi zero, transmutasi atau transposisi ialah proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu menjadi kata berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu.
Misalnya, Petani membawa cangkul ke sawah.
                 Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami.
     Dalam kalimat pertama yang bermodus deklaratif kata cangkul berkategori nomina, namun dalam kalimat 2 kata cangkul berkategori verba. Walaupun dalam modus kalimat yang berbeda.
     Penyebabnya adalah kata cangkul, dan sejumah kata lainnya di samping memiliki komponen makna (+bendaan) juga memiliki komponen makna (+alat) dan (+tindakan). Komponen makna (+tindakan) yang menyebabkan kata cangkul dalam kalimat imperatif menjadi berkategori verba. Berbeda dengan kata pisau yang memiliki komponen makna (+bendaan), (+alat) dan (-tindakan). Ketiadaan komponen makna (+tindakan) tidak bisa digunakan sebagai verba dalam kalimat imperatif.
 (Chaer, 2008 :235-236)
Konversi sering juga disebut dirivasi zero, transmutasi, dan transpasisi, adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental, umpamanya kata drink dalam bahasa Inggrisnya adalah nomina seperti dalam kalimat have a drink, tetapi dapat diubah menjadi sebuah verba, drink, tanpa perubahan apa-apa, seperti dalam kalimat if you’r thirsty, you must drink.

MODIFIKASI INTERNAL
Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) kedalam morfem yang berkerangka tetap (yang biasanya berupa konsonan).
Misalnya : drink + past → drank
                         food + plural → feet
Modifikasi kosong
Modifikasi kosong adalah pembentukan kata jadian tanpa mengubah bentuk dasar.
Misalnya: cut + past → cut
                        deer + plural → deer
(Verhaar, 1992 : 62-63)
            Modifikasi internal adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (biasanya berupa konsonan). Misalnya, dalam bahasa Arab morfem dasar dengan kerangka k-t-b ’tulis’. 
·                     katab ’dia laki-laki menulis’
·                     maktub ’sudah ditulis’



SUPLESI
            Ada sejenis modifikasi internal yang disebut suplesi. Dalam proses suplesi perubahannya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar hampir atau tidak tampak lagi. Misalnya, kata Inggris go yang menjadi went; atau verba be manjadi was atau were.
(http://khansaakifaaya.blogspot.co.id/)
Suplesi, dalam proses suplesi perubahanya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar tidak atau hampir tidak tampak lagi, boleh dikatan bentuk dasar itu berubah total. Misalnya, bentuk lampau dari kata inggris go yang menjadi went
(http://hilalnajmudin.blogspot.co.id/2013/12/makalah-linguistik-morfologi.html)


1.      PEMENDEKAN
            Pemendekan kata adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Misalnya; bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (halaman), L (utuhnya liter), hankam (utuhnya pertahanan dan keamanan).
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem
sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna utuhnya.
            Dalam berbagai kepustakaan, hasil proses pemendekan ini biasanya dibedakan atas penggalan, singkatan, dan akronim. Yang di maksud dengan penggalan adalah  kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang dipendekan itu. Misalnya, dok dari bentuk dokter, perpus dari bentuk perpustakaan. Yang dimaksud dengan singkatan adalah hasil proses pemendekan, yang antaralain berupa:
a)      Pengekalan huruf awal dari sebuah leksem, atau huruf-huruf awal dari gabungan leksem. Misalnya, DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
b)      Pengekalan beberapa huruf dari sebuah leksem. Misalnya, bhs (bahasa)
c)      Pengekalan huruf pertama dikombinasi dengan penggunaan angka untuk pengganti huruf yang sama. Misalnya, P3 (partai persatuan pembangunan)
d)     Pengekalan dua, tiga, atau empat huruf pertama dari sebuah leksem. Misalnya, Okt (oktober).
e)      Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir dari sebuah leksem. Misalnya, Ir (insinyur)
(http://hilalnajmudin.blogspot.co.id/2013/12/makalah-linguistik-morfologi.html)

2.      PRODUKTIFITAS PROSES MORFEMIS
Proses morfemis dibagi atas yang “produktif” (productive) dan yang tidak produktif (nonproductive). Proses morfemis dikatakan produktif bila dapat diterapkan pada konstituen yang tidak lazim, atau belum pernah mengalaminya. Dikatakan bersifat tidak produktif bila tidak dapat diterapkan pada konstituen yang belum pernah mengalaminya.
Proses morfemis yang tidak produktif menghasilkan suatu daftar “tertutup” (closed list), dan proses produktifitas yang menghasilkan suatu daftar “terbuka” (open list). Dalam analisa bahasa biasanya boleh dituntut bahwa dalam semua daftar tertutup anggota-anggota harus diberikan secara lengkap.
(Verhaar, 1992 : 68)
Produktivitas dalam proses morfemis ini adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, dan reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relatif tidak terbatas, artinya ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut.
Yang dimaksud dengan produktivitas dalam proses Morfemis ini adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relatif tak terbatas; artinya, ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut.
(http://hilalnajmudin.blogspot.co.id/2013/12/makalah-linguistik-morfologi.html)
3.      AKRONIMISASI
Proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim.
Misalnya, pilkada yang berasal dari pemilihan kepala daerah.
Aturan atau kaidah pembentukan akronim :
1.      Pengambilan huruf-huruf (fonem-fonem) pertama dari kata-kata yang membentuk konsep itu.
Misalnya, ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, IDI : Ikatan Dokter Indonesia, IPSI : Ikatan Pencak Silat Indonesia.
2.      Pengambilan suku kata pertama dari semua kata yang membentuk konsep.
Misalnya, rukan : rumah kantor, moge : motor gede, pujasera : pusat jajanan serba ada.
3.      Pengambilan suku kata pertama ditambah dengan huruf pertama dari suku kata kedua dari setiap kata yang membentuk konsep itu.
Misalnya, warteg : warung tegal, kalbar : Kalimantan Barat, depkes : departemen kesehatan.
4.      Pengambilan suku kata yang dominan dari setiap kata yang mewadahi konsep itu.
Misalnya, tilang : bukti pelanggaran, bintal : Pembina mental, danton : komandan peleton.
5.      Pengambilan suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang tampaknya tidak beraturan, namun masih dengan memperhatikan “keindahan”bunyi.
Misalnya, pilkada : pemilihan kepala daerah, kloter : kelompok terbang, bulog : badan urusan logistic.
6.      Pengambilan unsur-unsur kata yang mewadahi konsep itu, tetapi sukar disebutkan keteraturannya termasuk di seni.
Misalnya, sinetron : sinema elektronik, insert : informasi selebritis, satpam : satuan pengamanan.
(Chaer, 2008 :236-239)
(Chaer, 2008 :239-246)

Jumat, 25 November 2016

7. Komposisi


KOMPOSISI / PEMAJEMUKAN
Proses penggabungan dasar dengan dasar (biasanya berupa akar atau imbuhan) untuk mewadahi suatu konsep yang belum tertampung dalam sebuah kata. Proses komposisi dalam Bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang cukup penting dalam pembentukan atau pengayaan kosa kata.
(Chaer, 2008 :209-215)

A.Komposisi dalam Peristilah
     Istilah pertama yang banyak digunakan adalah kata majemuk (lihat Alisjahbana, 1953). Istilah ini digunakan untuk mengacu kepada konsep “gabungan dua buah kata atau lebih” yang memiliki makna baru. Misalnya, bentuk kumis kucing dalam arti ‘sejenis tanaman obat’, tetapi kumis kucing dalam arti ‘kumis dari seekor kucing ‘ bukanlah kata majemuk.
(Chaer, 2008:210)
B. Aspek Semantik Komposisi
     Dilihat dari usaha untuk menampung konsep – konsep ini dapat dibedakan lima macam komposisi:
1.      Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat, sehingga membentuk komposisi yang koordinatif.
Misalnya, penggabungan dasar pulang dan dasar pergi menjadi komposisi pulang pergi.
2.      Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabung tidak sederajat, sehingga melahirkan komposisi yang subordinatif.
Misalnya, dasar sate sebagai unsur pertama digabung dengan dasar ayam sebagai unsur penjelas menjadi komposisi sate ayam yang bermakna gramatikal “sate yang berbahan daging ayam”.
3.      Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, meskipun bebas dari konteks kalimatnya, karena sebagai istilah hanya digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu.
a.       Istilah olahraga : tolak peluru, angkat besi, balap sepeda.
b.      Istilah linguistik : fonem vokal, morfem bebas, klausa verbal.
c.       Istilah politik : suaka politik, hak angket, hak pilih.
d.      Istilah pendidikan : buku ajar, tahun ajaran, guru bantu.
e.       Istilah agama : ayat kursi, wali hakim, zakat fitrah.
4.      Komposisi pembentuk idiom, yaitu penggabungan dasar dengan dasar yang menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal.
Misalnya, penggabungan meja dengan dasar hijau yang menghasilkan komposisi meja hijau dengan makna ‘pengadilan’.
5.      Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah maujud dalam dunia nyata.
Misalnya, Stasiun Gambir, Selat Sunda.
(Chaer, 2008:212-215)
A.    Komposisi Nominal
Komposisi yang satuan klausa berkategori nomina.
·        Komposisi nominal dapat dibentuk dari:
a.       Nomina + nomina, seperti kakek nenek.
b.      Nomina + verba, seperti meja makan.
c.       Nomina + ajektifa, seperti mobil kecil.
d.      Adverbia + nomina, seperti beberapa murid.
·        Komposisi Nominal Bermakna Gramatikal
No
Makna Gramatikal
Disisipkan kata
Komponen unsur pertama
Komponen unsur kedua
contoh
1.
‘Gabungan biasa’
dan
(+pasangan antonim relasional)
Ayah ibu

‘Gabungan biasa’
dan
(+anggota dari satu medan makna)
Sawah ladang
2.
‘Bagian’
dari
(+bagian dari unsur kedua)
(+keseluruhan yang mencakup unsur pertama)
Awal tahun
3.
‘Kepunyaan atau pemiliki’
milik
(+benda termilik)
(+insan), (+yang diinsankan), atau (+pemilik)
Sepatu adik
4.
‘Asal bahan’
Terbuat dari
(+bahan pembuat unsur pertama)
-
Sate ayam
5.
‘Asal tempat’
Berasal  dari
-
(+tempat berasalnya unsur pertama)
Soto Madura
6.
‘Bercampur atau dicampur dengan’
bercampur
-
(+pencampur unsur kedua)
Roti keju
7.
‘Hasil buatan’
Buatan
-
(+pembuat unsur pertama)
Lukisan Affandi
8.
‘Tempat melakukan sesuatu’
Tempat
(+ruang)
(+tindakan)
Rumah makan
9.
‘Kegunaan tertentu’
Untuk
(+kegunaan)
(+tindakan)
Kapal perang
10.
‘Bentuk’
berbentuk
(+benda)
(+bentuk) atau (+wujud)
Rumah mungil


11.
‘Jenis’
jenis
(+benda generik)
(+benda spesifik)
Ayam petelur
12.
‘Keadaan’
Dalam keadaan
(+benda)
(+keadaan)
Mobil rusak
13.
‘Seperti atau menyerupai’
Seperti atau serupa
(+benda buatan)
(+cirri khas benda)
Gula pasir
14.
‘Jender atau jenis kelamin’
berkelamin
(+makhluk)
(+jender)
Perenang putri
15.
‘Model’
model
(+benda buatan)
(+ciri khas dari sesuatu)
Topi koboi
16.
‘Memakai atau menggunakan’
memakai
(+benda alat)
(+bahan yang digunakan)
Kapal api
17.
‘Yang di…’
Yang di…
-
(+perlakuan terhadap unsur pertama)
Anak angkat
18.
‘Ada di…’
di
(+kegiatan)
(+ruang) atau (+tempat)
Kapal udara
19.
‘Yang (biasa) melakukan
Yang melakukan atau yang mengerjakan
(+pelaku)
(+tindakan) atau (+kegiatan)
Jago makan
20.
‘Wadah atau tempat’
Wadah tempat
(+wadah)
(+benda berwadah)
Botol kecap
21.
‘Letak atau posisi’
Yang berada di…
(+benda)
(+posisi)
Pintu depan
22.
‘Mempunyai atau dilengkapi dengan’
Mempunyai atau dilengkapi dengan
(+benda alat)
(+pelengkap)
Rumah tingkat
23.
‘Jenjang, tahap atau tingkat’
Tahap atau tingkat
(+kegiatan)
(+tahap) atau (+tingkat)
Sekolah dasar
24.
‘Rasa atau bau’
Yang rasanya atau yang baunya
(+benda rasa) atau (+benda bau)
(+rasa) atau (+bau)
Air tawar
·        Komposisi Nominal Bermakna Idiomatik
Idiom penuh, artinya seluruh komposisi itu memiliki makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya, orang tua, dalam arti ‘ayah dan ibu’.
Idiom sebagian, artinya yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikal. Misalnya, gaji buta, kata gaji masih memiliki makna leksikal.
·        Komposisi Nominal Metaforis
Mengambil salah satu komponen makna yang dimiliki oleh unsur tersebut.
Misalnya, unsur kaki pada komposisi kaki gunung diberi makna metaforis dari komponen makna kaki, yaitu (+terletak pada bagian bawah).
·        Komposisi Nominal Nama dan Istilah
Nama      : Jalan Jagorawi, Kampung Bali, dan Tanah Abang.
Istilah     : Lepas landas, rumah tangga, polisi tidur.
·        Komposisi Nominal dengan Adverbia
Ditentukan oleh makna ‘leksikal’ dari kata adverbia itu. Adverbial yang mendampingi nomina ialah, menyatakan negasi : bukan, tiada, tanpa. Menyatakan jumlah ialah, beberapa, banyak, sedikit, sejumlah, jarang, kurang.
Misalnya, banyak hujan.
(Chaer, 2008 :216-225)


B.     Komposisi Verbal
Komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal.
·        Komposisi verbal dapat dibentuk dari:
a.       Verba + verba, seperti datang menghadap.
b.      Verba + nomina, seperti gigit jari.
c.       Verba + ajektifa, seperti lompat tinggi.
d.      Adverbia + verba, seperti sudah makan
·        Komposisi Verbal Bermakna Gramatikal


No
Makna Gramatikal
Disisipkan kata
Komponen unsur pertama
Komponen unsur kedua
contoh
1.
‘Gabungan biasa’
dan
Makna yang sama, dua buah kata bersinonim.
Tegur sapa

‘Gabungan biasa’
dan
Anggota dari satu medan makna
Belajar mengajar

‘Gabungan biasa’
dan
            Pasangan berantonim
Jatuh bangun
2.
‘Gabungan mempertentangkan’
atau
Pasangan berantonim
Hidup mati
3.
‘Sambil’
sambil
(+tindakan) dan (+gerak)
(+tindakan) dan (-gerak)
Datang menangis
4.
‘Lalu’
lalu
(+tindakn) dan (+gerak)
(+tindakan) dan (-gerak)
Datang marah-marah
5.
‘Untuk’
untuk
(+tindakn) dan (+gerak)
(+tindakn) dan (± sasaran)
Datang menagih (hutang)
6.
‘Dengan’
dengan
(+tindakn) dan (+gerak)
(+tindakan) dan (+keadaan)
Datang merangkak
7.
‘Secara’
secara
(+tindakan)
(+cara)
Terjun bebas
8.
‘Alat’
menggunakan
(+tindakan)
(+alat) atau (+yang digunakan)
Balap mobil
9.
‘Waktu’
waktu
(+kegiatan)
(+saat) atau (+ketika)
Ronda malam

10.
‘Karena’
karena
(+kejadian)
(+penyebab)
Mabuk laut
11.
‘Terhadap’
Terhadap atau akan
(+peristiwa)
(+bahaya)
Tahan panas
12.
‘Menjadi’
menjadi
(+penyebab)
(+akibat)
Jatuh cinta
13.
‘Sehingga’
Sehingga atau sampai
(+tindakan)
(+kesudahan)
Sebar luas
14.
‘Menuju’
Ke atau menuju
(+gerak arah)
(+arah tujuan)
Belok kiri
15.
‘Arah kedatangan’
dari
(+gerak arah)
(+tempat kegiatan)
Pulang kantor
16.
‘Seperti’
Seperti atau sebagai
(+keadaan)
(+perbandingan)
Mati kutu
·        Komposisi Verbal Bermakna Idiomatikal
Makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara gramatikal atau leksikal.
Misalnya, makan garam yang artinya ‘banyak pengalaman’.
·        Komposisi Verbal dengan Adverbia
a.       Adverbia negasi                   : tidak, tak, tanpa.
b.      Adverbia kala                       : sudah, sedang, tengah lagi, akan.
c.       Adverbia keselesaian           : sudah, sedang, tengah, belum.
d.      Adverbia aspektual              : boleh, wajib, harus, dapat, ingin, mau.
e.       Adverbia frekuensi              : sering, pernah, jarang, acapkali.
f.       Adverbia kemungkinan        : mungkin, pasti, barang kali, boleh jadi.
Misalnya, tidak makan.
(Chaer, 2008 :225-231)

C.    Komposisi Ajektival
Komposisi yang pada satuan klausa, berkategori ajektiva.
·        Komposisi ajektival dapat dibentuk dari:
a.       Ajektifa + ajektifa, seperti tua muda.
b.      Ajektifa + nomina, seperti merah darah.
c.        Ajektifa + verba, seperti takut pulang.
d.      Adverbia + ajektifa, seperti tidak berani.
·        Komposisi Ajektival Bermakna Gramatikal

No
Makna Gramatikal
Disisipkan kata
Komponen unsur pertama
Komponen unsur kedua
contoh
1.
‘Gabungan biasa’
dan
Makna yang sama pasangan bersinonim.
Cantik molek

‘Gabungan biasa’
dan
Berkebalikan sebagai pasangan berantonim atau beroposisi.
Tua muda

‘Gabungan biasa’
dan
            Sejalan atau tidak bertentangan.
Gemuk pendek
2.
‘Alternatif atau pilihan’
atau
Pasangan berantonim
Benar salah
3.
‘Seperti’
seperti
(+warna)
(+benda berwarna)
Hijau daun
4.
‘Serba’
-
Makna yang sama
Biru-biru
5.
‘Untuk’
untuk
(+sikap batin)
(+kejadian) atau (+peristiwa)
Takut mati
6.
‘Kalau’
kalau
(+perasaan batin)
(+tindakan)
Senang melihat
·        Komposisi Ajektival Bermakna Idiomatikal
Makna yang tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara gramatikal atau leksikal.
Misalnya, panjang usus yang artinya ‘sabar’.
·        Komposisi Ajektival dengan Adverbial
a.       Adverbia negasi                   : tidak.
b.      Adverbia derajat                  : agak, sama, lebih, kurang, sangat, amat, sekali.
Misalnya, tidak bagus. Agak cantik
(Chaer, 2008 :232-234)