KONVERSI, MODIFIKASI INTERNAL, SUPLESI
1.
KONVERSI
Lazim disebut
derivasi zero, transmutasi atau transposisi ialah proses pembentukan kata dari
sebuah dasar berkategori tertentu menjadi kata berkategori lain, tanpa mengubah
bentuk fisik dari dasar itu.
Misalnya, Petani membawa cangkul ke sawah.
Cangkul dulu tanah itu, baru ditanami.
Dalam
kalimat pertama yang bermodus deklaratif kata cangkul berkategori nomina, namun
dalam kalimat 2 kata cangkul berkategori verba. Walaupun dalam modus kalimat
yang berbeda.
Penyebabnya
adalah kata cangkul, dan sejumah kata lainnya di samping memiliki komponen
makna (+bendaan) juga memiliki komponen makna (+alat) dan (+tindakan). Komponen
makna (+tindakan) yang menyebabkan kata cangkul dalam kalimat imperatif menjadi
berkategori verba. Berbeda dengan kata pisau yang memiliki komponen makna
(+bendaan), (+alat) dan (-tindakan). Ketiadaan komponen makna (+tindakan) tidak
bisa digunakan sebagai verba dalam kalimat imperatif.
(Chaer,
2008 :235-236)
Konversi sering
juga disebut dirivasi zero, transmutasi, dan transpasisi, adalah proses
pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur
segmental, umpamanya kata drink dalam bahasa Inggrisnya adalah nomina
seperti dalam kalimat have a drink, tetapi dapat diubah menjadi sebuah
verba, drink, tanpa perubahan apa-apa, seperti dalam kalimat if you’r
thirsty, you must drink.
MODIFIKASI
INTERNAL
Modifikasi
internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan internal)
adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya
berupa vokal) kedalam morfem yang berkerangka tetap (yang biasanya berupa
konsonan).
Misalnya : drink + past → drank
food + plural → feet
Modifikasi kosong
Modifikasi kosong adalah pembentukan kata jadian tanpa
mengubah bentuk dasar.
Misalnya: cut + past → cut
deer + plural → deer
(Verhaar, 1992 : 62-63)
Modifikasi
internal adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (biasanya
berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (biasanya berupa
konsonan). Misalnya, dalam bahasa Arab morfem dasar dengan kerangka k-t-b
’tulis’.
·
katab ’dia laki-laki menulis’
·
maktub ’sudah ditulis’
SUPLESI
Ada sejenis modifikasi internal yang disebut suplesi. Dalam proses suplesi
perubahannya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar hampir atau tidak
tampak lagi. Misalnya, kata Inggris go yang menjadi went;
atau verba be manjadi was atau were.
(http://khansaakifaaya.blogspot.co.id/)
Suplesi, dalam proses suplesi
perubahanya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar tidak atau hampir
tidak tampak lagi, boleh dikatan bentuk dasar itu berubah total. Misalnya,
bentuk lampau dari kata inggris go yang menjadi went
(http://hilalnajmudin.blogspot.co.id/2013/12/makalah-linguistik-morfologi.html)
1.
PEMENDEKAN
Pemendekan
kata adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem
sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna
bentuk utuhnya. Misalnya; bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (halaman), L
(utuhnya liter), hankam (utuhnya pertahanan dan keamanan).
Pemendekan adalah proses penanggalan
bagian-bagian leksem atau gabungan leksem
sehingga menjadi sebuah bentuk
singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna utuhnya.
Dalam berbagai kepustakaan, hasil proses pemendekan ini biasanya dibedakan atas
penggalan, singkatan, dan akronim. Yang di maksud dengan penggalan adalah
kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang
dipendekan itu. Misalnya, dok dari bentuk dokter, perpus
dari bentuk perpustakaan. Yang dimaksud dengan singkatan adalah hasil
proses pemendekan, yang antaralain berupa:
a)
Pengekalan huruf awal dari sebuah leksem, atau huruf-huruf awal dari gabungan
leksem. Misalnya, DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
b)
Pengekalan beberapa huruf dari sebuah leksem. Misalnya, bhs (bahasa)
c)
Pengekalan huruf pertama dikombinasi dengan penggunaan angka untuk pengganti
huruf yang sama. Misalnya, P3 (partai persatuan pembangunan)
d)
Pengekalan dua, tiga, atau empat huruf pertama dari sebuah leksem. Misalnya,
Okt (oktober).
e)
Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir dari sebuah leksem. Misalnya, Ir
(insinyur)
(http://hilalnajmudin.blogspot.co.id/2013/12/makalah-linguistik-morfologi.html)
2.
PRODUKTIFITAS
PROSES MORFEMIS
Proses
morfemis dibagi atas yang “produktif” (productive) dan yang tidak produktif
(nonproductive). Proses morfemis dikatakan produktif bila dapat diterapkan pada
konstituen yang tidak lazim, atau belum pernah mengalaminya. Dikatakan bersifat
tidak produktif bila tidak dapat diterapkan pada konstituen yang belum pernah
mengalaminya.
Proses
morfemis yang tidak produktif menghasilkan suatu daftar “tertutup” (closed
list), dan proses produktifitas yang menghasilkan suatu daftar “terbuka” (open
list). Dalam analisa bahasa biasanya boleh dituntut bahwa dalam semua daftar
tertutup anggota-anggota harus diberikan secara lengkap.
(Verhaar, 1992 : 68)
Produktivitas dalam proses morfemis ini adalah dapat
tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, dan reduplikasi, dan
komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relatif tidak terbatas, artinya
ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut.
Yang dimaksud
dengan produktivitas dalam proses Morfemis ini adalah dapat tidaknya proses pembentukan
kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, digunakan
berulang-ulang yang secara relatif tak terbatas; artinya, ada kemungkinan
menambah bentuk baru dengan proses tersebut.
(http://hilalnajmudin.blogspot.co.id/2013/12/makalah-linguistik-morfologi.html)
3.
AKRONIMISASI
Proses
pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang
direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini
menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim.
Misalnya,
pilkada yang berasal dari pemilihan kepala daerah.
Aturan
atau kaidah pembentukan akronim :
1.
Pengambilan
huruf-huruf (fonem-fonem) pertama dari kata-kata yang membentuk konsep itu.
Misalnya, ABRI : Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia, IDI : Ikatan Dokter Indonesia, IPSI : Ikatan Pencak Silat
Indonesia.
2.
Pengambilan
suku kata pertama dari semua kata yang membentuk konsep.
Misalnya, rukan : rumah kantor, moge :
motor gede, pujasera : pusat jajanan serba ada.
3.
Pengambilan
suku kata pertama ditambah dengan huruf pertama dari suku kata kedua dari
setiap kata yang membentuk konsep itu.
Misalnya, warteg : warung tegal, kalbar
: Kalimantan Barat, depkes : departemen kesehatan.
4.
Pengambilan
suku kata yang dominan dari setiap kata yang mewadahi konsep itu.
Misalnya, tilang : bukti pelanggaran,
bintal : Pembina mental, danton : komandan peleton.
5.
Pengambilan
suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang tampaknya tidak beraturan,
namun masih dengan memperhatikan “keindahan”bunyi.
Misalnya, pilkada : pemilihan kepala
daerah, kloter : kelompok terbang, bulog : badan urusan logistic.
6.
Pengambilan
unsur-unsur kata yang mewadahi konsep itu, tetapi sukar disebutkan
keteraturannya termasuk di seni.
Misalnya, sinetron : sinema elektronik,
insert : informasi selebritis, satpam : satuan pengamanan.
(Chaer, 2008 :236-239)
(Chaer, 2008 :239-246)